Beranda | Artikel
Dianjurkannya Mendahulukan Yang Kanan Pada Aktivitas Yang Mengandung Kemuliaan
Selasa, 11 Agustus 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Mubarak Bamualim

Dianjurkannya Mendahulukan Yang Kanan Pada Aktivitas Yang Mengandung Kemuliaan adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Mubarak Bamualim, Lc., M.H.I. pada Selasa, 14 Dzulhijjah 1441 H / 04 Agustus 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Dianjurkannya Mendahulukan Yang Kanan Pada Aktivitas Yang Mengandung Kemuliaan

Kita membahas bab yang ke-99, yaitu باب استحباب تقديم اليمين في كل ما هو من باب التكريم (Bab tentang dianjurkannya untuk mendahulukan atau menggunakan tangan kanan pada setiap aktivitas yang di sana mengandung kemuliaan). Kita dianjurkan untuk menggunakan yang kanan (kaki ataupun tangan), ketika melangkah, mengambil atau menerima.

Ini adalah bab yang ditulis oleh Imam An-Nawawi Rahimahullahu Ta’ala. Bab ini menjelaskan kepada kita tentang bagaimana perhatian para ulama di dalam menjalankan sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam baik dari permasalahan yang kecil maupun permasalahan yang besar. Dan ini adalah pola berfikir yang benar di dalam memahami dan menjalankan Islam yang merupakan rahmatan lil ‘alamin. Islam mengatur segala sesuatu. Jangankan masalah aqidah, masalah mendahulukan atau menggunakan yang kanan atau yang kiri dari hal-hal yang dianggap kecil oleh manusia, ini telah dijelaskan oleh Sayyidil Mursalin, Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Kalau kita menggunakan akal pikiran yang sehat, dada yang lapang, hati yang bersih, apa mungkin dalam permasalahan yang dianggap kecil telah disampaikan dan dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam kepada umat beliau dan beliau memberikan contoh dalam hal ini, apa mungkin masalah-masalah besar seperti permasalahan aqidah, permasalahan tentang Allah dan sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya, nama-namaNya, itu dilalaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam atau tidak dijelaskan oleh beliau? Ini suatu hal yang mustahil.

Oleh karena itu, dari apa yang kita pelajari dalam Islam ini menunjukkan bahwa Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam tidak meninggalkan sesuatu yang akan mengantarkan seorang hamba kepada surga melainkan beliau telah menjelaskan. Dan tidaklah suatu hal yang dapat membawa, menggiring, mencelakakan dan memasukkan seorang hamba ke dalam neraka melainkan telah diingatkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar umat waspada, hati-hati dan menjauhinya. Ini satu hal yang menjadi keyakinan setiap orang yang beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahwa beliau telah menyampaikan.

Oleh karena itu kalau ada orang yang bingung dimana Allah, kasihan orang itu. Kebanyakan memperhatikan hal-hal yang kecil sehingga lupa dan lalai memperhatikan yang besar. Padahal di dalam Al-Qur’anul Karim dan dalam hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sangat banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, perkataan salafush shalih, para sahabat, para tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik tentang Allah ‘Azza wa Jalla yang Dia berada di atas ‘Arsy, singsah sananya, di atas seluruh makhluknya, dan Allah tidak menyatu dengan hamba-hambaNya, Maha Suci Allah dari menyatu dengan bumi, dengan langit.

Subhanallah.. Hati yang bersih, pola pikir yang benar, akal yang sehat, dia akan merujuk pada Al-Qur’anul Karim dan kepada hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Demikian pula fitrah manusia dan naluri yang suci mengatakan demikian. Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berada di atas seluruh makhlukNya, Allah tidak menyatu dengan hamba-hambaNya, Allah tidak masuk di bumi ini dan bercampur dengan langit dan bumi, Maha Suci Allah dari itu semuanya. Yang mengatakan demikian adalah aqidah Jahmiyyah, Jahm bin Safwan. Dan siapa orang itu sudah diketahui oleh ulama-ulama kaum muslimin tentang kesesatan orang tersebut.

Maka dari itu mari merujuk kepada Al-Qur’an, merujuk kepada sunnah Nabi ‘Alaihish Shalatu was Salam adalah jalan terbaik. Demikian pula menjadikan para sahabat, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sebagai contoh teladan, inilah jalan terbaik.

Setelah beliau menjelaskan tentang bab dianjurkannya mendahulukan yang kanan pada semua aktivitas yang menunjukkan kemuliaan, beliau memberikan contoh. Seperti contohnya ketika seseorang berwudhu, ketika seseorang misalnya membasuh tangannya dia mendahulukan yang kanan baru kemudian yang kiri. Ketika mandi besar (junub), dia mendahulukan anggota yang kanan baru anggota yang kiri. Demikian pula ketika tayammum sebagai penggati wudhu disaat tidak ada air atau disaat seorang sakit yang tidak boleh menggunakan air juga demikian. Setelah seorang mengusap wajahnya dengan debu, kemudian dia mengusap tangan kanannya. Demikian pula ketika seseorang memakai pakaian, memakai baju, dahulukan tangan kanannya untuk dimasukkan baru kemudian tangan kirinya. Demikian pula ketika memakai sendal atau khuf, atau ketika memakai celana. Demikian pula ketika masuk masjid, dahulukan kaki yang kanan sambil berdoa. Ketika menggunakan kayu siwak, dahulukan sisi yang kanan baru kemudian sisi yang kiri. Ketika menggunakan celak mata, ketika memotong kuku, ketika memendekkan kumis, ketika mencabut rambut pada ketiak, ketika mencukur rambut, ketika seorang salam dari shalatnya, ketika makan dan minum, dalam berjabat tangan, ketika mengusap hajar aswad, ketika keluar dari toilet, ketika memberikan dan juga menerima, dan yang lainnya dari dari hal-hal yang semakna dengan ini semuanya dianjurkan untuk mendahulukan yang kanan.

Kemudian kata beliau Rahimahullahu Ta’ala, dianjurkan untuk mendahulukan yang kiri dalam hal yang berlawanan dengan itu semuanya. Ketika seseorang masuk ke toilet, maka dahulukan kaki kiri. Ketika seorang keluar dari masjid, ketika menanggalkan sandal atau sepatunya dan seterusnya. Ini sebagaimana ketika seseorang mengeluarkan ingusnya, hendaknya dengan menggunakan tangan kiri. Ketika meludah hendaknya meludah ke sebelah kiri. Ketika seseorang beristinja’, hendaknya menggunakan tangan kirinya. Demikian pula ketika seseorang melakukan hal-hal yang menjijikkan atau hal yang kotor, maka gunakan yang kiri.

Jadi ini diantara adab-adab yang diajarkan oleh Islam yang menunjukkan betapa sempurnanya agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Islam memperhatikan dan mencermati dari yang terbesar sampai yang terkecil.

Lihat juga: Pengertian Adab dan Beradab dengan Adab-Adab Islam

Oleh karena itu setiap apa yang diucapkan atau dilakukan seseorang, ini selalu berkaitan dengan aqidah. Landasannya adalah sebuah ayat yang sangat sering kita baca dalam shalat kita, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ ﴿٧﴾ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴿٨﴾

Dan barangsiapa melakukan suatu amal perbuatan yang baik walaupun hanya satu titik debu, maka dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu amal keburukan walaupun hanya satu titik debu, dia akan melihat balasannya.” (QS. Az-Zalzalah[99]: 7-8)

Ini menunjukkan bahwa memang kehidupan seorang mukmin tidak lepas dari permasalahan aqidah dalam semua perbuatan dan ucapannya, niat-niat yang tersembunyi dalam hati, semua ada perhitungannya. Maka dari itu jangan kita memahami Islam hanya setengah-setengah. Hal-hal yang cocok dengan hawa nafsu kita, ini kita ambil, kita dengungkan, kita propagandakan. Tetapi hal-hal yang tidak sesuai dengan hawa nafsu kita, ini kita sembunyikan atau kita tidak mau. Ini ada semacam kemunafikan. Oleh karena itu mari memahami Islam secara universal, secara totalitas dalam kehidupan seorang hamba.

Bagaimana penjelasan haditsnya? Mari download dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download MP3 Kajian

Download mp3 yang lain tentang Riyadhus Shalihin Min Kalam Sayyid Al-Mursalin di sini.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48851-dianjurkannya-mendahulukan-yang-kanan-pada-aktivitas-yang-mengandung-kemuliaan/